Selasa, 16 November 2010

PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA ISLAM

Petunjuk teknis pelaksanaan tugas menjadi penting adanya dalam rangka meminimalkan perbedaan pemahaman dalam penunaian tugas. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan Tupoksi seorang penyuluh agama. Pedoman berikut kiranya dapat membantu para tenaga penyuluh agama untuk lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan tupoksinya. Klik disini untuk mengunduhnya.

Senin, 18 Oktober 2010

FUNGSI MESJID RAYA CIROMED SUMEDANG DALAM PERUBAHAN SOSIAL

oleh Firman Nugraha

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merujuk Max Weber (1864 – 1920), agama berjasa melahirkan perubahan sosial yang paling spektakuler dalam sejarah peradaban manusia. Pernyataan Weber ini dalam konteks Islam sangat relevan. Islam semenjak di syi’arkan oleh Nabi Muhammad mendapat pengakuan yang mendunia telah mampu membawa perubahan dalam konteks sosial umat manusia dalam sejarah peradabannya. Dalam hal ini misalnya Michael Hart menempatkan Muhammad sebagai sosok nomor satu dalam tokoh yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Minggu, 04 Juli 2010

Analisis Semantik terhadap Konsep Nisaa dalam al Quran

Pendahuluan
Al Quran secara khusus berbicara tentang wanita, dan menggunakannya sebagai tema sentral bahasan dalam sebuah surat. Hal ini menunjukan perhatiannya yang notabene menjadikan Islam sebagai agama yang tidak hanya menampilkan maskulinitas dalam ajarannya. Akan tetapi juga bukan berarti Islam dengan rujukan sentralnya al Quran sekaligus sebagai ajaran yang feminin. Adanya ungkapan-ungkapan dan penjelasan tentang wanita, dalam hal ini lebih memperlihatkan suatu upaya mendudukan suatu perkara secara proporsional.

Senin, 14 Juni 2010

Psikologi Penyuluhan Agama

oleh Firman Nugraha

A. Pendahuluan
Kegiatan penyuluhan agama sesungguhnya merupakan pekerjaan yang berat jika kita sadari betapa untuk mengajak manusia yang multi dimensi ini menuju pada satu titik kesepahaman bersama, terhambat oleh kenyataan itu sendiri bahwa manusia yang menjadi objek atau sasaran penyuluhan ternyata terdiri dari beragam dimensi. Manusia secara kasar terbangun dari unsur fisik dan psikis, lain dari itu secara psikis ini terhimpun pula dari beragam unsur batiniah lainnya seperti pikiran dan perasaan.

Selasa, 04 Mei 2010

KEPEMIMPINAN KYAI DI PESANTREN (bagian ahir)



B. Kepemimpinan Islam
1. Dasar dan Pengertian Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan dalam Islam secara historis dapat dilacak sampai sejak Islam didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Beliau memimpin umat baik dalam persoalan agama maupun keduniaan. Senada dengan itu. Nawawi yang menjelaskan bahwa dalam Islam, kepemimpinan memiliki pengertian ganda. Yaitu kepemimpinan dalam dimensi spiritual dan empiris. Kepemimpinan dengan pengertian spiritual ini merupakan pengejawantahan dari semangat al Quran. Misalnya, QS. Al Baqarah: 30,

Senin, 12 April 2010

KEPEMIMPINAN KYAI DI PESANTREN (bagian pertama)


KERANGKA EFISTEMOLOGI KEPEMIMPINAN DALAM PESANTREN
A. Pendahuluan
Dalam sebuah organisasi, pelaksanaan tugas-tugas oleh pekerja terpangaruhi oleh kepemimpinan seorang pemimpin. Kepemimpinan yang lemah dapat dipastikan menghambat dalam operasional kegiatan, dan sebaliknya kepemimpinan yang kuat mendongkrak prestasi bawahan serta kegiatan dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang baik menciptakan iklim yang kondusif tercapainya tujuan bersama.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam memimpin suatu kelompok, baik terorganisasi maupun tidak. Peranannya sangat penting, mengingat pemimpin adalah sentral figur dalam kelompok tersebut. Pemimpin menjadi barometer keberhasilan kelompok dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemberian motivasi, pengawasan sehingga tercapainya tujuan-tujuan bersama dalam kelompok tersebut.

Minggu, 14 Maret 2010

Wawasan Multikultural dalam penyuluhan agama


Oleh Firman Nugraha

Latar Belakang: Tantangan Beragama Di Era Global
Ada kekhawatiran dan kecemasan bahwa dominasi arus budaya global saat ini yang dinilai cenderung negatif, tidak mengindahkan nilai-nilai suci agama dan nilai-nilai luhur spiritual, melanda berbagai tatanan kehidupan termasuk Indonesia. Kekhawatiran dan kecemasan itu cukup beralasan, dan telah terbukti dampak yang ditimbulkannya, antara lain pada ruang privat keagamaan. Walaupun secara lahiriah tampak adanya perkembangan, namun bobot spiritualitasnya (iman dan amal saleh) cenderung dilemahkan, “disilaukan” oleh gemerlap kesenangan duniawi yang disebarkan oleh arus budaya global.