Selasa, 04 Mei 2010

KEPEMIMPINAN KYAI DI PESANTREN (bagian ahir)



B. Kepemimpinan Islam
1. Dasar dan Pengertian Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan dalam Islam secara historis dapat dilacak sampai sejak Islam didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Beliau memimpin umat baik dalam persoalan agama maupun keduniaan. Senada dengan itu. Nawawi yang menjelaskan bahwa dalam Islam, kepemimpinan memiliki pengertian ganda. Yaitu kepemimpinan dalam dimensi spiritual dan empiris. Kepemimpinan dengan pengertian spiritual ini merupakan pengejawantahan dari semangat al Quran. Misalnya, QS. Al Baqarah: 30,



….Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi…...
Kemudian QS. Al A’raaf: 69,

…Dan Ingatlah kamu sekalian waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-penganti yang berkuasa setelah lenyapnya kaum Nuh….

Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia menjadi pemimpin merupakan pilihan Allah. Manusia berkewajiban menjalankan kepemimpinannya karena telah diberi kekuasaan untuk berbuat amal ma’ruf demi terwujudnya kemakmuran di muka bumi.
Dalam QS Yunus: 14 Allah menegaskan,

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti mereka di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami dapat memperhatikan bagaimana kamu berbuat.

Ayat ini menunjukan bahwa pengawasan Allah tidak pernah terlepas dari perilaku manusia. Dengan demikian, secara spiritual kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan melaksanakan perintah Allah baik secara perorangan maupun kelompok.
Kepemimpinan secara empiris diartikan sebagai kegiatan manusia dalam bermasyarakat dengan memperhatikan pengalaman di masa lalu untuk dipelajari, dianalisis, sehingga diperoleh butir-butir berharga untuk dimanfaatkan yang digunakan pemimpin dalam kepemimpinannya. Selanjutnya, kepemimpinan secara empiris ini diidentifikasikan dengan:
1.Kepemimpinan selalu berhadapan dengan dua pihak; pihak pemimpin dan dipimpin; pemimpin lebih sedikit dari yang dipimpin.
2.Kepemimpinan merupakan gejala sosial, yang berlangsung sebagai interaksi antar manusia dalam kelompoknya.
3.Kepemimpinan Berisi Kegiatan menuntun, membimbing, memandu, menunjukkan jalan, mengepalai, melatih agar orang-orang yang dipimpinnya dapat mengerjakan tugas-tugasnya sendiri.

Dari gejala-gejala ini kemudian disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam Islam berarti kegiatan menuntun serta menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kesimpulan ini juga merupakan intisari dari Kepemimpinan dalam Dakwah yang berupaya untuk menunjukan dan menuntun umat, memberikan teladan sehingga segenap risalah Islam dapat diterima dan diamalkan dalam kesehariannya sebagai syariat yang benar.

2.Karakteristik dan Dasar Operasional Kepemimpinan Islam
Hisyam Al Thalib yang dikutip Syamsudin menilai bahwa dalam kepemimpinan Islam tergambar beberapa ciri penting antara lain: 1) Pemimpin dan yang dipimpin terikat kontrak kesetiaan kepada Allah, 2) pemimpin melihat pencapaian tujuan bukan berdasarkan tujuan kelompok semata, melainkan atas nama tujuan Islam yang lebih luas lagi, 3) pemimpin terikat dengan peraturan Islam, sehingga kedudukannya tetap diakui selama ia berada dalam jalur syariah. Dengan demikian, senada dengan kesimpulan yang diberikan Nawawi.
Sementara itu Aunurrahim beranggapan bahwa ada empat prinsip pokok untuk memahami kepemimpinan yang Islami yaitu: Tanggungjawab dalam berorganisasi, etika tauhid, keadilan, dan kesederhanaan. Selanjutnya dikatakan bahwa, Seorang pemimpin yang beriman wajib berpegang teguh kepada kebenaran yang telah diturunkan Allah tanpa mengenal kompromi apapun, akhlak seorang pemimpin yang senantiasa istiqomah berpijak di atas kebenaran ajaran Islam akan membuatnya dihormati dan dipatuhi disamping pada akhirnya dia akan memetik kebahagiaan sebagai janji Allah untuk memberikan kemuliaan di sisinya. Bagi Hisyam secara lebih ringkas mendasari kepemimpinan Islam dengan musyawarah, keadilan dan tanggungjawab. Prinsip musyawarah selain sebagai perwujudan semangat Qurani juga merupakan karakter Islam pada umumnya. Proses musyawarah bukan barang baru dalam sejarah kepemimpinan umat Islam baik periode Nabi, kekhalifahan Sahabat maupun generasi Daulah. Sedangkan prinsip keadilan merupakan intisari dari ajaran Islam yang dibawa rasul, yaitu mengajarkan keseimbangan kehidupan antara kepentingan duniawi, dan ukhrawi, juga mengharapkan adanya pemerataan kehidupan sosial kemasyarakatan dalam umat Islam. Dari prinsip keadilan ini maka seyogianya sang pemimpin dapat memberikan perwujudan kepemimpinan yang menuju terwujudnya masyarakat yang ideal. Kedua prinsip tersebut masing-masing dilandasi oleh tanggungjawab yang tinggi baik kepada penunaian tugas, kepada Allah juga kepada umat Islam yang dipimpin.
Secara Eksplisit Gus Dur mengungkapkan tipologi pemimpin umat yang ideal itu selain seorang ulama, juga memiliki kemampuan organisatoris. Hal ini jelas merupakan perwujudan dari upaya mengimbangi tuntutan realitas modern bahwa pola kehidupan umat telah terkotakan ke dalam berbagai organisasi tidak terkecuali dalam Dakwah. Kemudian pemimpin tersebut memiliki kualifikasi lokal-diterima masyarakat lokal-maupun global- berwawasan global dan diterima masyarakat nasional dan internasional. Dari kualifikasinya ini diharapkan akan mampu membangun jembatan dialog yang harmonis antara umat dan dirinya yang diwakili dengan pihak lain baik pemerintah maupun umat agama lain.
Di samping itu, seorang pemimpin yang berada di atas jalan yang benar akan menjadi pemimpin-pemimpin yang adil dan mencintai keadilan, sifat adil di dalam diri seorang pemimpin yang teramat sangat penting karena tanpa adanya jaminan keadilan, yang terjadi adalah penindasan berkepanjangan.
Hal tersebut tampak ada kemiripan dengan ungkapan Syafei yang mewacanakan karakter pemimpin dalam dimensi inheren, yaitu kebersihan hati, kecerdasan intelektual dan keberanian mental. Menurutnya tiga dimensi tersebut akan menunjang berwujudnya kepemimpinan yang adil dan mampu membawa pengikutnya kejalan yang benar.
Mengenai jabatan, sebagai seorang pemimpin hal itu merupakan sebuah amanah yang sangat besar dan harus dipertanggungjawabkan, tidak saja dihadapan manusia tapi juga di hadapan Allah. Untuk itu seorang pemimpin harus benar-benar menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. Dalam menjalankan roda kepemimpinannya, hendaknya seorang pemimpin mendasarinya dengan rasa yang benar-benar ikhlas, jika memulai sebuah fase kepemimpinan dengan perasaan yang tidak ikhlas serta selalu mengharapkan tendensi-tendensi tertentu, maka terjadilah pemerintahan- pemerintahan yang korup.
Sebagai makhluk yang multi dimensional, manusia diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakatnya, dan lebih utama bagi pemimpin-pemimpin yang ada di tengah masyarakat, sikap dan ucapannya akan selalu menjadi perhatian orang lain.
Dalam sejarah peradaban Islam, proses seseorang menjadi pemimpin tidak ada yang baku. Setidaknya terangkum beberapa teori antara lain :
1. Pemimpin merupakan pilihan Allah, dalam hal ini ialah kepemimpinan Nabi Muhammad.
2. Pemimpin yang dipilih berdasarkan kesepakatan, seperti naiknya Abu Bakar menjadi pengganti rasul dalam pemerintahan Madinah.
3. Pemimpin yang ditunjuk oleh pemimpin sebelumnya, seperti naiknya Umar menggantikan Abu Bakar.
4. Pemimpin yang dipilih oleh tim kecil, seperti naiknya Utsman.
5. Pemimpin yang menjadi pengganti dari pemimpin sebelumnya karena perubahan situasi secara revolusi. Seperti naiknya Ali menggantikan Utsman.
6. Kepemimpinan yang diperoleh dari warisan, seperti kepemimpinan pada Bani Ummayyah dan Bani Abbasiyyah.

Pentingnya kepemimpinan dalam Dakwah dapat dilihat alam sejarah Dakwah Islam. Bahwa keberhasilan penyebaran risalah ini pada umumnya terikat dengan sikap moral dan kepiawaian juru Dakwah dalam memimpin para anggotanya untuk bersama-sama memberi kabar gembira kepada seluruh dunia. Rasulullah meninggalkan jejak positif dalam keutamaan akhlaqnya, yang senantiasa dijadikan rujukan dalam keseharian kehidupan umat Islam. Sikap moralnya ini mendukung terhadap kepemimpinannya dalam membawa umat Islam generasi awal menuju kehidupan yang dijanjikan Allah yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Keutamaan akhlaq rasul ini dijelaskan dalam Al Quran surat Al Ahzab : 21

Sesungguhnya telah ada untukmu sekalian contoh perilaku yang baik dalam diri rasul….
Melihat peranan kepemimpinan yang sedemikian rupa dalam proses Dakwah Islam, maka sebagai pengikutnya generasi sekarang umat Islam seyogianya meniru dan meneladani perilaku kepemimpinan rasulullah dan sahabat generasi awal dalam jihad menyebarkan agama Allah. Beberapa sikap yang dapat diambil antara lain :
1. Pengetahuan yang luas mengenai agama Allah.
2. Kesabaran yang tulus dalam berjihad.
3. Keikhlasan
4. Kemampuan dan kekuatan
5. Mampu menjadi teladan bagi umat yang dibawanya.

3. Upaya-upaya kepemimpinan Kyai di Pesantren
Dalam kepemimpinannya Kyai, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dengan ototritasnya berpelung untuk menentukan arah dan tujuan pesantren dalam jangka panjang maupun mendesak.
Pesantren yang dikenal dengan pesantren tradisional, pada umumnya mempertahankan tradisi pengelolaan pesantren dengan pendekatan kebapakan. Dimana manajemen dan gaya kepemimpinan yang berlaku adalah faternalistik. System pengajian yang dilaksanakan bukan dalam bentuk kurikulum modern yang berisi satuan-satuan pelajaran atau kajian yang mesti diselesaikan dalam satuan waktu tertentu, emliankan diserahkn kepada kreatifitas santri sendiri. Namun demikian biasanya di setiap pesantren selalu ada kekhasannya. Beberap pesanten misalnya memfokuskan diripada kajian ilmu alat (nahwu shorof, dan balaghoh), sementara pesantren lain memfokuskan diri pada kajian fiqh atau tafsir al Quran. Adana tipikal pengkajian yang berbeda ini bukan karena muatan kurikulum yang disengaja, melainkan lebih dipengaruhi oleh spsialitas keahlian kyai yang memimpin pesantren. Jika sang kyai mahir dalam fiqh, maka kitab kajiannya fiqh, dan biasanya ada pengkhususan lagi apakah itu faroid atau hudud. Setiap pesantren selalu berbeda.
Kemudian dari itu, dalam metode pengajarananya biaanya melalui metode sorogan, bukan sistem kelas. Dan sumber yang di kaji ialah kitab kuning yang di tuklis dengan bahasa arab tanpa syakal. Kitab kuning inilah yang menjadikan pesantren memiliki karakter khas.
Upaya lainnya ialah dengan meyediakan fasilitas santri, dalam, bentuk asrama, mesjid, majlis ta’lim, dan sarana kebersihan. Sementara itu kitab-kitab kajian para santri biasanya santri sendiri yang membawanya dari tempat asal mereka masing-masing. Jenis pengkajian kitab lain yang baisa dilaksanakan di pesantren adalah khusus untuk para santri senior atau kyai muda yang ingin memperdalam disiplin ilmu tertentu, bisanya diselenggarakan satu minggu sekali atau bahkan satu bulan dua kali tergantung kesepakatan mereka masing-masing.

III
PENUTUP

Kepemimpinan Kyai di Pesantren menjadi prototype kepemimpinan Islam di masyarakat. Peran-perannya dalam setiap aktifitas keagamaan dan sosial menjadi rujukan penting bagi umat islam di sekitarnya. Konsep inipun sekaligus menegaskan kepeminpinan kyai dalam islam merupakan pola kepeminpinan dakwah. Dakwah ketika dimaknai sebagai suatu upaya terprogram untuk memberi warna yang lebih positif terhadap keseluruhan aktfitas umat islam menghendaki peran pemimpin untuk menjadi ikon perubahan itu sendiri yang sewajarnya layak untuk diikuti jejak keteladannya.
Keadaan ini terlepas dari kenyataan historis bahwa tidak ada kesepakatan baku suatu model atau bentuk sukses dari pemimpin ke pemimpin lainnya. Pada prinspnya hal demikian hanya merupakan proses pilihan sesuai dengan kondisi umat saat membutuhkan. Yag penting dibalik proses suksesi adalah tujuan akhir adanya pemimpin adalah pemeliharaan nilai-nilai dan prinsip agama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan dkk. 1998. Religiusitas Iptek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Agus Ahmad Syafei, 2003 ‘Dakwah islam kajian ontologis’ dalam Jurnal Ilmu Dakwah Vol I No. 1 Bandung: FD IAIN SGD.
Syukir. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ikhlas
Aunurohim Fakih dan Iip Widjayanto. 2001. Kepemimpinan Islam. Jakarta: UII Press
Azyumardi Azra. 2003. Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernitas. Jakarta: Logos
Badri Yatim. 1997. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press
Dawam Rahardjo. 1995. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES
Hadari Nawawi. Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Harun Nasution. 2000. Islam Rasional, Bandung: Mizan
Hiroko Horikoshi. 1987. Kyai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M
Ismail. R Faruqi dan Lamya. 1998. Atlas Budaya Islam (terjemahan dari The Cultural Atlas of Islam). Bandung: Mizan
Ismail SM, dkk., (Ed.). 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka pelajar
James J. Cribbin. 1985. Kepemimpinan, Strategi Mengefektifkan Organisasi. Jakarta : Pustaka Binacipta Presindo
Karel Steenbrink. 1986 Pesantren Madarasah Sekolah,. Jakarta : LP3ES
Karsidi Diningrat. 2004. ‘Dakwah Dalam Tradisi Pesantren’ dalam Jurnal Ilmu Dakwah Vol. II Bandung: FD IAIN SGD.
Kartini Kartono. 1983. Pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Press
Karyadi. 1983. Kepemimpinan (Leadership), Bogor: Politea
Kustadi Suhandang. 2004. ‘Manajemen Dakwah Hizbiyah Untuk Dakwah yang Bertuah’ dalam Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. II No. 3, Bandung: FD IAIN SGD
Maksum (Ed.). 1999. Mencari Pemimpin Umat, Bandung: Mizan
Mansur. 2004. Moralitas Pesantren, Yogyakarta: Safiria Press
Miftah Thoha. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali press
Muhammad Husein Haikal. 2000. Riwayat Hidup Muhammad, Jakarta: Lentera
Muhammad Natsir. 2000. Fiqhud Dakwa,. Jakarta: DDII
Muhammad Rajab. 1982. Semasa Kecil Di Kampung, Jakarta: Balai Pustaka
Polak, Mayor. 1964. Sosiologi Pengantar Ringkas, Jakarta: Ichtiar
Qurais Shihab. 2001. Wawasan Al Quran, Bandung: Mizan
RAF, 1998, Dongeng Enteng ti Pasantren, Bandung: rahmat Cijulang
Saepudin Zuhri. 1974. Guruku dari Pesantren, Bandung : Al Ma’arif
Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta : Rineka Cipta
_______________. 1996. Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung
Sukamto. 1999. Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Jakarta : LP3ES Sumadi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press
Supardi dan Syaiful Anwar. 2002. Dasar-dasar Perilaku Organisasi, Yogyakarta: UII Press
Suwarno Handayaningrat. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.Jakarta: CV. Haji Masagung
Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta
Zaini Muchtarom. 1996. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al Amin dan Kaifa

Tidak ada komentar: