Kamis, 07 Juli 2011

Penyuluh juga BISA!!!

Pada awal penyelenggaraan DJJ di Kementerian Agama, khususnya BDK Bandung pernah terbersit ketidakyakinan bahwa Diklat Jarak Jauh bagi Penyuluh dapat diselenggarakan. Beberapa pemikiran yang muncul adalah apakah mereka secara personal sudah mampu mengakses teknologi informasi? Apakah sudah tersedia alat yang mendukung bagi mereka? Apakah bahan ajar (modul) sudah lengkap? Apakah Widyaiswaranya mampu untuk menjadi tutor?


Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi hantu selama dua tahun terakhir. Dan, kemarin ketika pembukaan dan offline pertama sudah jelas jawabannya Penyuluh juga BISA. Justru problem yang muncul adalah infrastruktur kita masih terbatas. Mudah-mudahan ke depan bisa semakin baik lagi. Dan program serupa dapat terus dilakukan menuju dunia baru Literasi Teknologi!!!

Literasi Teknologi
Keakraban dengan teknologi pada dasarnya bukan hanya bagi teman-teman kita di daerah. Melainkan juga para widyaiswara dan pegawai di lingkungan Balai Diklat Keagamaan Bandung. Saat ini, mungkin penyelenggaraan DJJ masih memerlukan pembiayaan yang "mahal". Tetapi itu semua sesungguhnya adalah investasi jangka panjang. Artinya pembiayaan mahal hanya terjadi saat awal pengembangan model diklat seperti ini.  Investasi pengetahuan panennya bukanlah saat sekarang. Kita dapat memetik keuntungan dari investasi ini di masa mendatang. Saat ini mungkin kita masih mmerlukan biaya untuk pelatihan bagi tutor. Dan, BDK Bandung telah melaksanakan Diklat Di Tempat Kerja khusus bagi pegawai dan widyaiswara untuk mengakrabi situs DJJ Kemenag. Disamping itu juga menyiapkan kondisi Lab yang memadai. Juga memberikan pelatihan-pelatihan bagi pegawai Kementerian Agama di Propinsi Jawa Barat agar akrab dengan komputer dan internet.

Literasi teknologi juga sesungguhnya mempersiapkan suatu generasi  yang tidak hanya tumbuh saat ini melainkan juga hari esok. Dimana teknologi akan menjadi suatu "tool" yang menjadi pakaian sehari-hari. Pada kondisi demikian, niscaya teknologi akan semakin  mempermudah dan memangkas pembiayaan yang tidak perlu, artinya menciptakan efesiensi dan efektifitas.Ke depan, harapannya dengan semakin sempurnanya website DJJ kiranya pendaftaran bisa benar-benar online, seleksi juga online. Tatap muka interface secara offline dapat dipangkas menjadi dua kali, yakni saat pembukaan dan saat penutupan. Lain dari itu, juga suport untuk video conference.

DJJ dan budaya belajar mandiri
Meskipun saat ini kita semua masih merangkak tertatih tatih, tetapi merupakan langkah yang pasti tujuannya yakni membangun budaya diklat yang berdiri pada self regulated learning, dan pemanfaatan teknologi menuju karya nyata yang positif. Spiritnya adalah bersama menuju bangsa yang mandiri dan modern. 

Perbedaan nyata antara DJJ dengan diklat reguler adalah pada motivasi internal dalam belajar. DJJ sangat bertumpu pada motivasi internal ini. Melihat banyaknya pendaftar untuk mengikuti program diklat rasa baru ini dapat diasumsikan bahwa motivasi internal mereka cukup kuat. Ini berarti mereka dapat menyelesaikan program ini dengan baik. Meskipun memang dalam offline pertama mereka diminta untuk menandatangani kontrak belajar, itu semua merupakan mekanisme formal sebagai wujud komitmen bersama.
Kerelaan untuk terus belajar dan secara mandiri tentunya dalam konteks agama adalah perwujudan dari jargon belajar sepanjang hayat. Selama ini kita cenderung lebih sering menyuarakannya daripada bagaimana mencoba untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata. Semua ini merupakan sumbangan kita pada keteladanan bagi generasi masa depan yang siap belajar dan siap melakukan perubahan.

DJJ dan Semangat Perubahan
Salahsatu ciri dari kehidupan adalah adanya perubahan. Tentu yang diminta adalah perubahan dari kurang menjadi lengkap, dari jelek menjadi baik. Demikian pula dalam misi DJJ ini. Perubahan dari mekanisme diklat konvensional menuju diklat yang full teknologi. Dari belajar dengan motivasi eksternal menuju penguatan motivasi internal. dari belum tahu Teknologi menjadi tahu teknologi.

Perubahan dalam konteks sosilogi kita kenal adanya dorongan dari atas dan dari bawah. Dar atas, dalam konteks ini adalah visi dan misi Kementerian dari pusat yang disebarkan menjadi visi dan misi bersama sampai tingkat daerah. Sedangkan dari bawah adalah adanya usulan daerah yang diakomodir oleh pusat. Lain dari itu perubahan juga terjadi dengan memperkuat faktor pendukung (driving force) dan memperlemah faktor penghambat.

Dalam persitiwa DJJ Penyuluh Agama sudah terlihat bahwa para peserta DJJ ini dapat menjadi ikon dari perubahan. Mereka juga sekaligus sebagai bagian dari agen perubahan itu sendiri. Perubahan menuju paradigma Diklat era baru dalam dunia kepenyuluhan. Secara bersamaan juga perlu dilakukan penguatan ini antara lain penyelenggaraan pelatihan reguler bagi penyuluh lain yang dalam Analisis Kebutuhan Diklat dipandang perlu untuk meningkatkan kompetensi literasi teknologi. Di samping itu tentu penguatan infrastruktur yang tersedia.

Tidak ada komentar: